Jumat, 15 Oktober 2010

Barack Obama dan Dunia Islam•

Baru-baru ini muncul isu yang sangat hangat di depan kita, yaitu pencalonan senator Barack Obama menjadi capres AS dari partai demokrat, bersaing dengan Hillary Clinton mantan ibu Negara. Yang menarik dari isu ini adalah munculnya kabar bahwa Obama pernah sekolah disebuah madrasah di Indonesia, dan ayahnya asal Kenya merupakan seorang Muslim. Ditambah dengan munculnya gambar Obama yang menggunakan pakaian adat Kenya. Yang menjadi pokok permasalahan adalah: Apakah pengaruh hubungan diplomatik antara Indonesia dan AS akan mengalami perubahan yang drastis jika Obama menjadi Presiden. Dan bagaimanakah  kebijakan luar negeri AS terhadap dunia Islam jika Obama terpilih menjadi presiden?.
Sistem Pemilu Amerika Serikat
Langkah pertama yang disebut pemilu awal: setiap partai mencari kandidat terbaik. Langkah kedua: dari para unggulan itulah kandidat presiden akan ditentukan oleh masing-masing partai.Langkah pertama: Pemilu awal secara tradisional dimulai di negara bagian Iowa. Ini yang sudah dilakukan hari Kamis (03/01). Kandidat presiden paling menjanjikan dari partai demokrat Barack Obama mengumpulkan suara terbanyak. Komentarnya: "Siapa yang menang di sini, kemungkinan besar memenangkan nominasi dan kemungkinan besar memenangkan jabatan presiden.” Seorang presiden untuk semua. Itu gagasan utamanya. Tapi, pengamat pemilu Thomas Mann dari Institut  Brookings di Washington mengatakan: “Kita hidup dalam sistim federal tingkat tinggi. Memang partai politik bisa menetapkan panduan dan peraturan di tingkat nasional, tapi seperti terlihat pada pemilu awal, yang menentukan adalah negara bagian dan partai di tingkat negara bagian itu.”
Sistem pemilihan presiden di Amerika ditempuh dengan beberpa tahap yang pertama adalah sistem kaukus, yaitu penyeleksian calon pemilih dari setiap partai, lalu pemilih terdaftar dari suatu partai bertemu di tempat yang ditentukan seperti sekolah, gereja atau perpustakaan umum dan memberikan suara secara langsung dan bersamaan kepada kandidat mereka. Yang lebih banyak digunakan daripada sistem kaukus adalah sistem primary. Pada sistem primary, pihak Republik dan Demokrat akan menggunakan kartu suara biasa. 
            Kemudian dilanjutkan dengan ‘super tuesday’, yaitu Selasa 5 Februari, dimana hampir separuh negara bagian memilih dan bisa sekali lagi mendorong para kandidat untuk berjuang. Rintangan terakhir para kandidat unggulan Partai Republik juga Demokrat adalah kongres partai, conventions. Disusul kemudian dengan fase kampanye pemilu yang panas dan tentu saja pemilihan sesungguhnya presiden baru AS.
            Pada perhelatan akbar di bulan November itu, bukan perolehan mayoritas suara yang akan langsung menentukan siapa presiden berikutnya. Setiap negara bagian membentuk komite pemilih, dengan jumlah anggota berdasarkan jumlah penduduknya.  Komite ini kemudian yang memberikan suara bulat kepada satu kandidat pilihan. Itu artinya, the winner takes all, pemenang memperoleh semuanya. Dalam prakteknya, komite pemilihan akan memberi suara pada kandidat presiden yang memang merebut suara paling banyak pada hari pemungutan suara.
Semarak Obama dalam Pilpres Amerika
Pencalonan Barack Obama menjadi capres AS adalah sebuah phenomena baru dalam dunia politik AS, karena Obama  merupakan orang yang ke 6 menjadi senator dari orang kulit hitam di AS,  dimana kulit hitam merupakan kaum pinggiran di AS. Dan juga munculnya isu tentang kedekatan Obama dengan dunia Islam menambah hangat dibincangkan saat konvesi partai Demokrat untuk pencalan presiden. Belum juga ditambah dengan memburuknya citra Presiden Bush dimata masyarakat AS, yang gencar-gencarnya menyuarakan perang terhadap terroris, hingga menyebabkan kerugian negara.
            Maka dengan terpuruknya citra Presiden Bush, nama Obama dan Hillary Rodham Clinton ini lebih popular dari caoln-calon partai yang lain. Dan juga munculnya Obama yang merupakan politisi baru dari utusan daerah di Illionis, kawasan daerah tempat Obama tinggal. Belum lagi ditambah pengaruh Obama dalam perolehan suara untuk partai Demokrat ini. Obama memperoleh banyak dukungan dari golongan kulit hitam dan juga sebagian kulit putih, bahkan pemuka agama Islam di Amerika  Louis Farrakhan memberi dukungan juga terhadap Obama.
Dalam keterangan persnya di majalah  Prancis( Paris Match) Obama mengatakan bahwa dia ingin menggelar perkumpulan para tokoh-tokoh muslim dan barat se dunia, untuk berbincang-bincang upaya mencegah perselisihan paham antara dunia Muslim dan Barat. Kita mengajak mereka untuk sama-sama begabung melawan teroris, dan juga kita memahami keluhan kaum muslimin. Dia juga mengatakan akan menutup penjara guantanamo, dan menghentikan perang di Irak, karena kalau senadainya kita terus disibukan dengan masalah ini, tentunya, kita selalu disibukkan dengan hal ini saja.
Membangun Negara Super Power
Untuk membangun sebuah imperium paska perang dunia ke 2 Amerika memerlukan beberapa planing,  kedua partai besar yaitu Republik dan juga Demokrat memiliki planing ini, walaupun cara kedua partai ini bebeda untuk membangun sebuah imperium, namun keduanya memiliki tujuan yang sama. Dan munculnya kebencian terhadap Islam dan Muslim pada pemerintahan Bush, dan juga benci kepada sesuatu kecuali Kristen merupakan bukan kebijakan luar negeri Amerika, namun itu merupakan salah satu cara untuk memperkuat dominasi Amerika, khususnya pada daerah-daerah yang sangat strategis dan juga yang sangat kaya dengan energi alamnya, seperti Timur Tengah dan Asia Tengah[1].
Diantara kendaraan Amerika untuk membangun dominasinya di dunia ini adalah dengan kekuatan, baik itu kekuatan senjata pemusnah masal, kekuatan tentaranya, yang dengan sengaja digunakan untuk mencapai kepentingannya. Dan memaksa negara-negara yang lemah untuk patuh dan tunduk dibawah kekuasaannya. Yang kedua adalah kekuatan diplomasi Amerika, yaitu dengan menggunakan PBB sebagai alat untuk mencapai tujuannya. Amerika mendominasi sebagian besar kebijakan PBB, seakan-akan PBB sebagai boneka Amerika, yang bisa diatur seenaknya saja. Kekuatan yang ketiga adalah ekonomi, dimana Amerika menguasai ekonomi dunia, dengan WTO, kemudian IMF, dan bank dunianya, yang mana semua organisasi ekonomi dunia ini dikuasai oleh barat, khususnya Amerika. Walaupun Kanada pernah menggunakan WTO untuk memprotes atas dominasi Amerika serikat atas organisasi ini, namun pada kenyataannya Amerika tetap lebih mengusai. Dan juga Amerika mengusai multinasiaonal  perusahaan di dunia ini, yang kemudian kebijakan dagang ini dipegang oleh Amerika.
Sebagi contoh adalah bahwa obat virus flu burung dijual dengan harga yang sangat tinggi, konon perusahaan ini dimiliki oleh Donal Rum mantan meteri pertahanan Amerika. Dan Tangan Tuhan di Balik Flu Burung mengindikasikan, bahwa buku itu merupakan kebijakan politik kesehatan yang sangat berbeda dengan kebijakan politik kesehatan RI dalam kurun waktu selama 60 tahun Indonesia merdeka. Berani melawan hegemomi neo-kolonialisme melalui badan internasional WHO dan ternyata bisa dimenangkannya. Disaat ada kerinduan untuk bebas dari hegemoni asing, neo-kolonialisme, ada seorang menteri yang berani melawan arus global neo-kolonialisme. Seolah-olah kita berada kembali di zaman Bung Karno. Paling tidak dunia terbelalak!
Dan yang keempat adalah kekuatan yang ringan, sebagaimana diterangkan oleh ahli politik Amerika Joseph Nye, bahwa kekutan yang ringan adalah melalui kebudayaan Amerika Serikat yang menguasai dunia, baik media massa, elektronik maupun cetak, ditambah lagi dengan dunia intertainment, ada istilahnya Hamburgerisasi, yaitu setiap apapun yang berbau Amerika akan dianggap sebagai sesuatu yang mewah, dan juga hebat, contoh saja bintang Film manapun kalau belum masuk dalam Hollywood belum dinyatakan bintang film yang hebat[2] .
Sikap Muslim terhadap pemilihan Presiden Amerika
Secara umum, partai Demokrat dalam sejarahnya memang lebih bersahabat dengan warga minoritas, termasuk didalamnya umat Islam. Selain itu, dari perspektif idiologi, kaum Demokrat tidak dibajak oleh idiologi Kristen fundamentalis dalam kebijakan-kebijakannya. Dan partai Republik memiliki pandangan-pandangan konservatisme  dalam berbagai isu sosial, isu aborsi dan perkawinan sejenis misalnya. Bahwa secara moral, idiologi partai Republikan lebih cenderung kepada konsep-konsep agama secara umum.
Penentuan pilihan
Dalam politik ternyata memang ada gap (jurang) antara idealisme dan realita. Idealnya kita berharap presiden Amerika Serikat adalah orang yang adil dan bisa menjadi pemimpin dunia, yang memberikan kedamaian. Sayang, realita mengatakan bahwa hal itu masih belum memungkinkan, dan barangkali justru sebaliknya akan selalu merugikan kepentingan umat Islam pada khususnya. Dulu kita berharap presiden Bush dapat mendengar aspirasi Masyarakat dunia, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Apakah dengan Munculnya Obama sebagai calon presiden Amerika akan membawa kepada perubahan yang signifikan bagi perubahan kebijakan luar negeri Amerika? Belum tentu juga, walaupun diberbagai macam statemennya Obama selalu menekankan kepada perubahan di Amerika, Change we Believed" atau Stand for chang, ini yang selalu diungkapkan Obama dalam setiap kali Kampanyenya.
Mungkin hanya sebuah harapan yang sangat kecil sekali jika Obama terpilih menjadi presiden Amerika, membawa perubahan dalam kebijakan luar negerinya, khususnya bagi negara-negara Muslim. Ini mungkin yang paling kecil mudharatnya. Secara pertimbangan moral sosial, komunitas Muslim cenderung untuk memilih kadindat Republikan yang dinilai lebih konservativ. Tapi dengan melihat kepada berbagai relaita pahit yang terjadi saat ini, khususnya jika melihat kepada kebijakan luar negeri, dan lebih khusus lagi relasinya dengan perang Timur Tengah dan isu Israel-Palestina, juga termasuk apa yang disebutkan sebagai “war on terrorism” nampak bahwa capres dari partai Demokrat jauh lebih bersahabat. Kandidat Demokrat dalam berbagai visinya dapat dikatakan lebih “manusiawi” (humanis) dan rasionaol dalam menawarkan berbagai kebijakan luar negerinya. Sementara capres dari partai Republikan lebih kaku dan dahkan cenderung tidak rasional, dan lebih berbahaya, mereka sangat dipengaruhi oleh idiologi Kristen radikal, Evangelist, yang memang pendukung utama negara Israel
Hillary atau Barack?
Dengan mundurnya John Edward dari persaingan pencalonan dari partai Demokrat, kini tinggal dua kandidat dari partai ini yang akan dipilih. Dari kedua calon ini, manakah yang lebih cenderung dipilih oleh masyarakat Muslim? Menimbang-nimbang dua kandidat ini memang cukup rumit. Secara umum, masyarakat Muslim cenderung untuk menjatuhkan pilihannya pada Barack Obama. Pertimbangannya bukan karena ras, gender, dan bukan pula karena adanya keterkaitan latar belakang keluarga ayah Obama yang Muslim. Tapi memang visi yang diajukan Obama nuansanya lebih menjamin perubahan yang dijanjikan. Barack Obama memang memiliki daya tarik luar biasa. Umurnya yang masih relative muda, cerdik dan tajam dalam menganalisa berbagai isu yang ada. Walaupun ada kekhawatiran bahwa Obama masih kurang berpengalaman, namun melihat kepada pandangan-pandangan nya yang tajam mengurangi kekhawatiran tersebut. Memang dalam berbagai debat politiknya, isu “experience versus judgment” menjadi isu hangat. Hillary merasa lebih berpengalaman, tapi sebaliknya Obama yakin dengan pandangan-pandangan nya yang lebih akurat. Hal lain yang menjadikan sebagian besar masyarakat Muslim mendukung Obama adalah sikapnya yang selalu mendahulukan “diplomasi” di atas penyelesaian militer.
Bahkan dalam banyak kesempatan, Obama selalu mengatakan “we must be courageous to speak to our friends and to our enemies”. Keinginan baik untuk membangun komunikasi ini sendiri, termasuk dengan mereka yang dianggap musuh-musuh Amerika seperti Iran, adalah sikap positif. Komunitas Muslim cukup muak dengan kebijakan luar negeri Bush yang selalu mengedepankan aksi militer. Di lain pihak, memang ada kekhawatiran dari beberapa kalangan bahwa Obama kemungkinan besar tidak akan terpilih. Alasannya, Amerika belum siap dipimpin oleh seseorang non White (selain warga kulit putih). Hal ini mungkin benar, tapi mungkin juga salah. Jika kita melihat kepada kepada demografi pemilih Obama, juga tidak kurang dari warga kulit putih yang memilihnya.
Sebaliknya, ada juga kekhawatiran bahwa Amerika hingga kini belum siap dipimpin oleh seorang wanita. Pada akhirnya memang, calon pemilih sibuk mendiskusikan antara pengalaman Hillary dan ketajaman “pertimbangan” (judgment) Obama. Hillary yang dianggap telah lama melanglang buana di Washington DC, sejak sebagai Ibu Negara hingga sebagai senator terpilih  dari negara bagian New York menjadi modal utama dalam pemerintahannya nanti. Tapi itupun dipertanyakan. Semua tahu bahwa pemerintahan G.W Bush didominasi oleh Wapressnya, Dick Cheney, yang telah melanglang buana dalam struktur pemerintahan Amerika. Toh, berbagai kebijakan yang dihasilkan dapat dikatakan justeru membawa bencana bagi Amerika dan dunia saat ini.
Yang perlu kita ingat disini adalah maraknya nama Barack Obama dan Hillary disebabkan karena buruknya citra presiden Bush dari partai Republik, dan keburukan citra ini dimanfaatkan oleh Obama dan Hillary dari partai Demokrat untuk mengambil simpati masyarakat Amerika yang menginginkan perubahan [3]. Ini merupakan sebuah siasat dari partai politik, karena seandainya Obama terpilih menjadi presiden Amerika yang pertama dari kulit hitam, dia tidak bisa berbuat banyak bagi umat Islam dan Indonesia Khususnya, sebagaimana disebut diatas, bahwa Amerika ingin mebangun imperium dan itu membutuhkan kekuatan. Obama hanyalah seorang yang hidup didalam sistem.
Kongklusi
            Sebagaimana d iterangkan dia atas, bahwa pemilihan presiden Amerika serikat akan memberikan dampak politik luar negeri yang signifikan. Itu didasari dari beredarnya akan keterpurukan ekonomi Amerika, sebagimana yang dinyatakan oleh Alan Greenspan salah seorang mantan Gubernur Bank Sentral Amerika bahwa  ekonomi Amerika terancam resesi. Oleh sebab itu, kita tidak bisa berhaharap banyak dari Amerika, dan mencoba untuk tidak selalu berkiblat kepadanya. Dalam politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif yaitu, tetap menjaga hubungan baik dengan Amerika, tanpa menimbulkan perlawanan, karena itu akan merugikan kita. Dan yang harus kita lakukan adalah untuk mencari alternatif lain, dalam rangka melakukan hubungan diplomasi dengan negara lain yang dapat membawa kemajuan kepada negara kita, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan dan lain sebaginya. Wallahu a'lam bishawab


[1] . Lihat: The Empire and the War for Muslim Minds, Robert W. Jensen. Policy Perspectives, Volume 5 january-June 2008, hal; 135
[2] . Lihat; Why do People Hate America?, Ziauddin Sardar and Merryl Wyn Davies, Alhamra 2002, hal:129.
[3] . Lihat; Democrat Majority in Congress; Will it make different? Najam Rafique,  The Institut of Strategic Studies Islamabad, Pakistan, Vol. XXVII winter 2007 , no 4, hal; 9.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar