“Saling mengerti , saling menerima, dan saling Menghormati” itulah kira-kira pesan terakhir dari sebuah Film yang baru saja tayang dihadapan kita, yaitu “ Jomblo”. Terlepas dari film itu baik atau tidak, mendidik atau merusak, Kita bisa ambil dari pesan film itu suatu renungan yang harus kita amati dengan cermat dan seksama. Kalau kita perhatikan. Kira-kira pesan tersebut sebuah sikap yang sangat relevan untuk menghadapi kehidupan bermasyarakat yang majemuk yang penuh dengan berbagai macam budaya, bahasa, kepercayaan, yang masing-masing pemeluknya berpegang teguh pada kebudayaan dan kepercayaannya masing-masing. Perbedaan dan keberagaman ini sangat sarat konflik sosial, bisa menimbulkan perpecahan dan juga kerusuhan, kalau seandainya kita tidak bisa menyikapinya dengan penuh pengertian, lapang dada dan penghormatan .
Dalam kehidupan sehari-hari sering sekali kita mendapatkan fenomena di masyarakat, yang menjadikan perbedaan sebagai suatu alasan untuk berpisah, atau memisahkan diri, untuk menjauh atau dijauhkan. fenomena yang ada di Negara kita, yang kehidupan masyarakatnya sangat majemuk, baik kebudayaan, bahasa, agama dan juga berbagai macam organisasi masyarakat yang ada. Kadang dengan kemajemukan ini kita sering sekali mendapatkan suatu pertikaian dan peperangan, hujat menghujat. Contoh yang kecil saja, dulu sering sekali kita mendengar perdebatan antara Muhammadiyah dan Nahdhotul Ulama dalam menentukan awal bulan Syawwal dan juga Jumlah rakaat dalam sholat tarawih. Kadang kala Orang- Orang Muhammadiyah tidak mau sholat ditempat orang-orang Nahdhotul Ulama begitu juga sebaliknya, hal ini menimbulkan Perpecahan antar masayarakat. Mungkin kita sering sekali melihat para petinggi Ormas saling berpelukkan dan bersalaman antara satu dengan yang lainnya. Namun, pada tingkat masyarakat yang rendah sering sekali terjadi Konflik yang tidak kunjung habisnya, apa penyebab ini semua? Haruskah karena keberagaman dan kemajemukan kita bermusuhan?!. Ataukah ada kesalahan pada diri kita dalam memahami nash sehingga terjadi perbedaan?!
Al Syatibi dalam bukunya al –Muwafaqot mengatakan:” Bahwa seseungguhnya syariat islam itu kembali pada satu asal baik pada cabang ataupun pada aslinya, walaupun didalamnya banyak terdapat perbedaan” . Kalau seandainya ada perbedaan pada asal Syariat Islam maka akan terjadi kehancuranlah dalam kehidupan masyarakat karena pokoknya sudah berbeda. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak didalamnya” (an-Nisa: 82. ) dan dalam ayat yang lain Allah berfirman: “ Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang sangat berat”.( Al- Imran 105) Kedua ayat diatas menafikkan adanya perbedaan, dan saling berlawan pada dasar syariat Islam. yang kedua beliau mengatakan.” Bahwa kebanyakan para fuqoha sudah menetapkan ayat2 yang nasikh dan al –mansukh. Sebagaiman kita ketahui bahwa an-nasikh dan al-mansyukh adalah dua dalil yang berlawanan yang tidak mungkin bertemu dalam satu permasalahan. Maka mungkin akan terjadi yang satu sebagai nasikh atau mansukh. Ketiga: seandainya ada perbedaan dalam syariat maka akan terjadi suatu beban yang tidak mungkin diemban oleh manusia dan itu mustahil. Ke empat bahwa para fuqoha telah menetapkan yang benar dari berbagai macam dalil kalau tidak memungkinkan dikumpulkannya dalil tersebut. Dan yang terakhir adalah sesuatu yang tidak bisa kita bayangkan jika dalam syariat ada sesuatu yang berlawanan, tidak mungkin dalam satu ayat mengandung dua perintah sekaligus dalam satu waktu antara sebuah larangan , dan perintah.
Maka dengan ini kita dituntut untuk berijtihad untuk mencapai suatu kesempurnaan dalam memahami perintah Allah. Bukankah Allah telah memerintahkan dan akan menguji siapakah diantara kita yang paling baik amal perbuatannya, bukan kita malah mengklaim diri kita yang paling benar diantara yang lain, atau bahkan cenderung untuk menyalahkannya, atau bahkan mengkafirkannya naudzubillah min dzalik. Sebagai mana dikatakan Oleh Fadhil bin Iyadh: “ dalam memahami ayat “untuk menguji siapakah diantara kalian yang paling baik amal perbuatannya”, beliau mengatakan yaitu yang paling Ikhlas dan paling benar, kemudian beliau ditanya bagaimanakah amal perbuatan yang paling ikhlas dan benar, beliau menjawab:” Sesungguhnya amal perbuatan itu kalau seandainya dilaksanakan dengan ikhlas tetapi belum benar tidak diterima, dan kalau seandainya benar namun belum ikhlas maka tidak diterima pula. Maka, haruslah amal perbuatan itu dilakukan dengan benar dan ikhlas, Kita melakukan segala perbuatan ikhlas karena Allah Swt, dan dengan benar sesuai dengan petunjuk sunnah Rasulullah Saw.
Seandainya terjadi banyak perbedaan pendapat pada fuqoha, itu bukan terjadi karena adanya perbedaan pada asal syariat, namun semua itu terjadi karena tingkat pemahaman ulama itulah yang berbeda-beda maka, terjadilah perbedaan dalam penerapannya. Namun dengan demikian bukan dengan perbedaan pemahaman itu, lalu kita saling bertikai dan saling menyalahkan, namun seharusnya saling mengerti, saling menerima dan saling menghormati perbedaan ini.wallahu a’lam bishawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar