Namaku Dora. Orang-orang bilang, nama itu sangat cocok dengan tampangku yang lumayan keren. Selama ini aku merasa cukup yakin dan puas dengan keadaanku yang terbilang beruntung itu. Walaupun sering juga terkena kanker (kantong kering). Setidaknya aku tidak semalang Sugeng dan Rahmat. Keduanya adalah sahabatku, yang juga punya tampang keren. Bukannya aku sombong, tapi memang kenyataan. Walaupun ‘nggak banget, aku masih lebih keren. Namun disisi lain, mereka terkenal rese, mata keranjang dan jarang mandi, bahkan sering dipanggil jordan ( alias jorok jiddan), tapi mereka berdua kalau sama cewek perhatian buanget. Tidak seperti aku, selain keren, aku tawadu (tau warna duit). Makanya sering dilirik para gadis, dilirik doang sih...! Entahlah aku nggak tau, itu gadis melirik atau kelilipan matanya. Walaupun sering dikirimi bermacam-macam hadiah, aku agak males sama cewek-cewek, soalnya kalau sudah deket, ada aja mintanya. Tidak seperti Sugeng, kalau urusan cewek, satu menit saja beres, tapi urusan toko atau yang lain, susahnya minta ampun....! Meskipun demikin, Aku, Sugeng dan Rahmat tetap bersahabat karib.
Malam yang cerah penuh bintang. Bulan bundar meski tak sempurna biasanya, ditambah lagi dengan kelap-kelip lampu kota yang menambah indahnya malam. Pun lampu-lampu kendaraan mengkilau menambah semarak pemandangan malam itu. Belum lagi suara kendaraan yang memekakan telinga, karena banyaknya hilir mudik di jalan utama.
Saat seperti itu, biasanya aku dan teman-temanku duduk di dekat meja kasir toko buku " La Tasytari" milik yayasan keluargaku. Kebetulan yayasan memiliki beberapa unit usaha sebagai sarana untuk melengkapi kebutuhan para pelajar. Juga sebagai sarana mendidik para pelajar agar berdikari dan bertanggung jawab.
Huhh...!
Betapa sengsaranya tidak punya pacar. Terlebih pada malam minggu. Teman-teman yang lain jalan-jalan di alun-alun kota. Sementara aku dan dua temanku harus sama-sama duduk menjaga toko buku milik yayasan keluargaku. Tidak enaknya lagi, karena aku dapat giliran jaga toko bersamaan terus sama si Sugeng dan Rahmat. Mana orangnya rese, males, mata keranjang lagi. Kalau ada pelanggan cewek yang datang, pasti dia lebih dulu pasang dada, biasa caper (cari perhatian). Apalagi si Rahmat, belom kenal sudah tanya no handphone dan alamat rumah. Pake nawarin discount segala lagi...! ihhhhhhhh jadi risih rasanya!.
Apalagi kalau yang datang itu anak sekolahan, wah jangan ditanya lagi deh..., soalnya dia pasti langsung menghampiri anak sekolahan itu, kemudian jual senyumannya yang murahan. Dia belum tau, kalau yang dia senyumin itu sudah punya calon, ngabisin tenaga senyum-senyum ama cewek yang sudah punya. Itulah pesannya para jomblo.
Emang Iya sih... toko kami punya slogan "Pembeli adalah raja kepuasan pembeli adalah harapan kami". Dalam pelatihan juga kami diharuskan untuk men-service para pembeli dengan ramah tamah, murah senyum dan sopan. Itu adalah salah satu kiat kami untuk menarik pelanggan. Tapi Rahmat tuh keterlaluan buanget, belom apa-apa dah senyum aja ama setiap pelanggan. Mending senyumnya manis! Wah senyumnya nggak tahan deh...! belum lagi dia sering pilih-pilih pelanggan, kalau cewek yang datang diservice habis... Makanya cewek-cewek setiap belanja sering sama dia. Tambah lagi orangnya perhatian banget, kalau ada barang cewek yang ketinggalan, dan cewek itu minta dianterin, dia langsung cabut tuh nganterin barang itu. Tapi kalau sudah kerjaan yang kasar-kasar, seperti bersihin buku di rak dan menerrtibkannya, dia langsung kabur entah kemana.
Belum lagi si Sugeng yang sukanya keluyuran mulu, ada aja alasannya! Survey harga buku, mau liat pestival lah, dan banyak lagi alasan-alasan yang lain, aku jadi bosen denger alasan dia. Kadang hari ini bilang ini, besoknya lain.
Tapi kalau ada pelanggan cewek yang agak lumayan dikit, dia langsung bilang ada nayamul dateng! Nayamul adalah istilah yang kita buat bersama sebagai kode bagi pelanggan yang agak lumayan. Supaya tidak menimbulkan rasa curiga para pembeli. Akhirnya kita buatlah kata nayamul kebalikan dari lumayan. Ide ini awalnya dari Sugeng, karena dia yang agresif banget sama masalah yang satu ini. Makanya kalau ada yang teriak nayamul, pasti mata semua tertuju kepada yang satu ini.
"Ada buku Sejarah" kak?
Sugeng kaget ketika seorang gadis SMU datang menanyakan sebuah buku sambil melemparkan senyumannya yang manis.
"Sejarah apa... dan penerbitnya mana"? balasnya kepada gadis SMU itu, sambil menunjukkan rak yang berisikan buku-buku sejarah dari berbagai macam penerbit.
"Sejarah Pahlawan Nasional, penerbitnya Gramedia". Timpalnya datar sembari melemparkan senyumnya yang manis.
Sugeng menjawab dengan senyumannya juga. Tapi tidak semanis senyuman si gadis SMU itu.
" Kalau penerbitnya Gramedia habis neng...! yang ada penerbit Gema Iinsani, gimana? Isinya hampir sama kok neng...!”. Seru Sugeng sambil memperlihatkan buku Sejarah Nasioanal terbitan Gema Insani.
"Sayang ya, ‘nggak ada... soalnya guruku meminta buku penerbit Gramedia". Jawab si gadis agak kecewa.
"Nggak cari buku yang lain aja neng...? ada buku-buku terbaru lho, buku-buku cerpen, novel. Apalagi ini novel terbarunya Pipit Senja, bagus banget!. Kemarin anak-anak SMU Bakti pada beli semuanya. Bahkan ada yang sampe nangis setelah membaca novelnya he ..he.."! cerocos Sugeng mencoba menawarkan buku-buku yang lain kepada si gadis tadi sembari sedikit menceritakan isi buku yang dia pernah baca. Ternyata sambil menjaga toko, Sugeng menyempatkan diri untuk membaca buku cerpen dan novel juga. Itulah satu kelebihan Sugeng, walaupun orangnya rese dan sering cari perhatian, lumayan juga minat bacanya.
"Nggak ah kak...!, Soalnya aku ‘nggak seneng baca cerpen atau novel" jawab si gadis itu seraya mengerlingkan matanya ke Sugeng.
“Aku sukanya buku-buku horror....!". Tambahnya.
Si Sugeng mengangkat kedua alisnya dan membuka mulutnya keheranan.
"Kok, gadis cantik kaya gini sukanya buku horror sih? Ihhh.....ngeri juga. Aku saja yang wajah nggak serem-serem banget, sukanya baca buku-buku cerpen dan novel yang romantis". Gumamnya dalam hati.
"Yaa mungkin lain kali aja ya kak, sekarang aku permisi dulu deh...!" pamitnya kepada Sugeng yang kekeh mau memberikan alternatif lain.
Sudah menjadi kebiasaan Sugeng, selain menawarkan buku. Ia juga berusaha untuk kenalan. Itulah uniknya Sugeng. Setiap melihat cewek, wah matanya jelalatan. Sugeng, bukan hanya pinter merayu, tapi dia juga perhatian buanget sama lain jenis. Dalam hal ini, biasanya cewek juga tidak melihat tampang, tapi kepada perhatian dia yang berlebihan. Dan lebih parah lagi, perlakuan khusus ini hanya untuk makhluk perempuan saja. Kalau sama yang lain, apalagi cowok. Boro-boro. Ditawarin dan diajak ngobrol atau nemuain aja juga males. Alasannya selalu ada. Dia bilang sih....”sudah ada petunjuk arah rak-rak buku yang sudah disediakan. Buat apa lagi diguide. Percuma donk bikin arah petunjuk rak buku untuk judul dan penerbit buku”.
Pukul menunjukkan jam 08:00 malam. Suasananya makin ramai, mungkin dikarenakan malam minggu. Setiap orang bisa melepaskan rasa lelahnya. Pelajar biasanya istirahat dari rasa jenuh bertemu dengan rumus-rumus dan kaidah-kaidah selama seminggu penuh di kelas. Dan bagi para pekerja, tentunya istirahat dari hari-hari yang sangat melelahkan dan membosankan. Makanya malam minggu digunakan sebagai malam yang panjang untuk menghilangkan rasa capek dan jenuh tadi.
“Nayamul-nayamul.....!”
Teriak si Rahmat dari dalam kamar, yang kebetulan satu gedung dengan toko yayasan kami. Dia langsung menuju ke kasir. Tampak napasnya naik turun, sepertinya ada kabar penting yang ingin disampaikannya.
"Ada apa Mat ? kau lari-lari seperti dikejar setan aja....!" Tanyaku.
"Ada nayamul....!, Yang ini nayamul banget deh!", Tambah si Rahmat, sambil berusaha membuat aku dan Sugeng percaya kepada apa yang dia sampaikan.
"Yang benar Mat!" Tanya si Sugeng penasaran, maklum Sugeng kan mata keranjang nggak bisa ngeliat yang menor, main libas saja.
"Dimana Mat?" Lanjut Sugeng, penasaran.
"Di samping, di warung bakso!".
Kebetulan di samping toko buku kami ada warung bakso milik yayasan keluargaku juga.
"Believe me yang satu ini, nayamul plus deh...!", tambah si Rahmat sambil memasang wajah serius.
"Kalian pasti pada rugi deh, kalo nggak pada ngeliat. Wajahnya putih dan pakai jilbab putih, pokoknya nayamul abis ....!".
"Wah kalau Cuma wajah putih dan jilbab putih, pocong juga wajahnya putih terus pake pakaian putih". Candaku ke si Rahmat.
Akhirnya aku dan Sugeng terpancing juga oleh propokasinya si Rahmat yang menggebu-gebu itu. Tak biasanya dia punya berita yang menarik dan seheboh ini, sampai-sampai dia lari dari dalam menuju meja kasir. Aku pikir berita ini pasti luar biasa. Bisa jadi nayamul ini, oke punya lah!.
Pada akhirnya aku pergi juga untuk melihat nayamul yang dikabarkan Rahmat.
"Mana Mat, nayamul yang kau bilang?" Tanyaku penasaran.
"Itu tuuuh.... sedang duduk di meja tengah", balasnya sambil menunjukan jari telunjuknya lurus kearah seorang wanita yang sedang duduk sendirian sambil menunggu hidangan bakso. Sugeng langsung melotot habis.
"Yaa ampun... bener lu Mat! ini mah nayamul plus, aku belum pernah liat selama aku jaga toko ini...trus pakaiannya mecing banget ama wajahnya. Dah wajahnya putih jilbabnya putih juga, waaah gue buanget tuh!", seru si Sugeng membanggakan dirinya sambil menepukkan telapak tangannya ke dada.
"Tunggu dulu, rasanya aku yang paling cocok diantara kalian semuanya, soalnya aku yang ngasih tau duluan...dan aku berhak kenalan ama si cewek itu". Timpal Rahmat yang ingin mendapatkan bagian lebih dari yang lain, karena telah berjasa melihat paling dulu dari kita semua.
"Dah pede banget tuh si Rahmat ama si Sugeng!", gumamku dalam hati.
"Eh liat tuh.... dia senyum kepadaku!" Kata si Sugeng, kege-eran.
Sugeng langsung membalas senyuman cewek tadi sambil menganggukkan kepalanya.
"Apa betul, dia senyum ke kamu Geng?" Tanya Rahmat keheranan melihat tingkah laku si Sugeng yang kege-eran itu.
"Ya udah gini aja, gimana kalau aku duluan yang maju kenalan sama cewek itu, trus baru aku kenalin kalian kepada cewek itu...gimana?". Si Rahmat mencoba memberikan solusi terbaik versinya. Tapi nampaknya Sugeng agak kurang setuju dengan ide Rahmat. Dia menawarkan ide lain.
"Bagaimana kalau kita undi aja. Siapa yang keluar namanya, dia yang kenalan?" sahutnya.
"Aku sih terserah kalian aja lah, siapa yang maju kenalan, boleh kok!" Jawabku.
Jenak berikutnya, tiba-tiba saja ada yang menepuk bahu Sugeng dari belakang.
"Lagi ngapain kalian?" Tanyanya sambil tersenyum manis.
Aku, Sugeng dan Rahmat terkejut, karena yang menepuk bahu Sugeng adalah Ust. Karim, guru Fiqh kita di SMU Mulia.
"Ehh Ust, ‘nggak stdzz...!" jawab kita malu-malu hampir berbarengan.
"Lagi anu stdzz...." jawab Sugeng sedikit gugup, mencoba ingin menjelaskan.
"Lagi kumpul aja kok ustdz..., biasa malam ini kita dapat giliran jaga toko stdz.!" Bantu Rahmat.
“Oh gitu...." Jawab pak Ustadz sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ustadz dari mana?" Tanya si Rahmat.
"Dari kamar kecil!"
"Ohh... ! Kirain dari mana, kok tiba-tiba keluar dari dalam".seru Sugeng. "Ustadz sendirian aja nih ceritaya?" Tanyaku sedikit mencair.
Kami memang jarang ketemu lagi sama ustadz Karim. Beliau pindah mengajar dari SMU Mulia dua tahun lalu. Ustadz Karim adalah guru pavorit kami. Selain orangnya baik, beliau tidak pelit nilai. Lain halnya dengan ustadz-ustadz yang lain. Selain galak, pelitnya nilai minta ampun. Masa nilai pelajaran bahasa Indonesiaku dikasih nilai merah. Padahal menurutku bahasa Indonesiaku tidaklah mengecewakan. Kalau bahasa Inggris mungkin nilaiku jelek, soalnya aku sering keseleo kalau bicara bahasa Inggris. Padahal aku sudah mencoba ikut less tambahan diluar kelas.
"Saya sama istri, kebetulan besok kan libur, yaa jadi saya ngajak istri jalan-jalan, sambil menghilangkan rasa jenuh....." Jawab ustadz.
"Ooh sama istri!" sahut Rahmat sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Istri ustadz dimana?" sahut Sugeng penasaran.
"Itu... sedang duduk di meja tengah!" Jawab pak ustadz sambil menunjukkan jari telunjukkanya kearah wanita yang sedang duduk sendirian.
"Yang pake jilbab putih itu ustdaz....?", seru Rahmat kaget, seakan kurang yakin dengan pendengarannya tadi.
Kami semua bengong. Tak percaya, karena nayamul yang satu ini ternyata istri ustadz kami.
"Makan tuh..... nayamul plus!." Sindirku dalam hati.
Maksudnya lumayan malu buanget, abisnya istri ustadz sendiri mau digebet. Yaa, kalo mata keranjang liat-liat juga lah. Bagus belum jadi kenalan, coba kalau dah kenalan mau ditaro mana nih muka!. Mana dulu ustadz kalau ngajar fiqh selalu menganjurkan kita untuk selalu menjaga pandangan, (goddul bashar). Annadzratul uula laka watsania alaika, eh diamalkan malah yang ula laka doank! maksudnya pandangan pertama rizki bagi kita, makanya kalo ngeliat cewek nggak pada ngedip matanya, uhh dazzar senior! (seneng istri orang), trus nggak pada ngamalin ilmu, makanya kalau ustadz nerangin jangan pada tidur, hasil akhir pemahamannya setengah-setengeh deh...!.
New Hostel, 26 November 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar