Assalamu‘alaikum warahmatullah……Assalamu‘alaikum warahmatullah, .baru saja kami menyelesaikan shalat Maghrib berjama’ah. Tiba-tiba saja seorang teman langsung melemparkan pertanyaan yang menakjubkan. Bagaimana kalau seandainya istri kita memiliki uang, apakah kita boleh menggunakan uangnya?. Serentak saya terkejut dengan pertanyaan itu, dan mencoba untuk menjawabnya, dengan mengutip firman Allah : “ Bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, dengan apa yang dia infakkan dari hartanya”. Jadi kita sebagai laki-laki berkewajiban memberikan nafkah kepada istri dan anak-anak kita, kata saya. Berarti ga’ adil donk......celetuk teman saya. Apanya yang tidak adil? Tanya saya. Mari kita mengkaji ulang ayat yang menerangkan warisan, jatah laki-laki dua kali lipat dari jatah seorang perempuan, apakah ini tidak adil juga bagi kaum perempuan? Tanya saya kembali. Hal itu disebabkan karena kaum laki-laki memiliki tanggung jawab yang lebih dari kaum wanita. Oleh sebab itu kaum laki-laki berkewajiban mencari nafkah dan dan diinfakkan kepada istri dan anak-anaknya, sedangkan kaum wanita, mereka tidak memiliki kewajiban ini semua. Dalam keadaan yang khusus seorang istri diperbolehkan mencuri harta suaminya, jika dia tidak memberinya nafkah, tetapi sebesar haknya saja.
Perbincangan pun menjadi panjang. Teman yang lain juga ikut nimbrung dalam obrolan santai ini. Sambil bercerita tentang pengalaman masing-masing dalam memenej keluarga dan keuangan. Tentunya menejemen keuangan setiap keluarga berbeda-beda, tergantung kebijakan kita masing-masing. Ada yang menyerahkan penuh semua penghasilan bulanan kepada istri, ada juga yang memberikan uang belanja harian kepada istri. Ini semua sah-sah saja, yang penting sesuai kesepakatan bersama, dan tidak saling menzalimi. Dia mengatakan bahwa uang gajinya tiap bulan tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, bahkan tidak bisa menabung sama sekali.
Saya memberikan satu juta tiga ratus setiap bulan nya, dan sisanya untuk operasional saya di Bogor, katanya lagi. Namun, istri ingin membangun sebuah kios di tanah pemberian orang tuanya. Biaya untuk membangun kios dari saya, lanjutnya, yang memberatkan hatinya adalah. Ketika istrinya mengatakan bahwa hasil dari sewa kios ini, nanti neng kumpulkan dan akan ganti uang aa. Namun, kios ini nantinya atas nama neng. Ceritanya. Sebagai seorang laki-laki dia merasa tidak dihargai dan dilecehkan bahkan diberlakukan tidak adil. Kalau semua pengahasilan dikasihkan ke istri setiap bulannya, tabungan masa depan tidak ada, kios yang dibangun dengan modal bersama akan dimiliki penuh oleh istri, lalu saya dapat apa, eluhnya. Maka muncullah rasa was-was, ragu, curiga pada teman ini. Jangan-jangan kalau terjadi hal yang tidak diinginkan, yaitu suatu yang halal tetapi Allah tidak suka (cerai maksudnya), bisa-bisa pulang bawa kolor aja nih.....celetuknya, (lebay). Muncullah rencana untuk mengurangi jatah bulanan, yang biasanya satu juta tiga ratus, menjadi tujuh ratus, dengan dalih sudah ada pemasukan harian dari hasil sewa kios. Namun, ketika rencana ini disampaikan ke istrinya, malah disambut dengan ancaman, “lebih baik aa tidak kasih sekalian kalau seandainya dikurangi, seru istrinya. Ini merupakan ancaman bagi seorang suami. Maka, dikonsultasikanlah permasalahan ini kepada keluaraga. Keluarganya menyarankan agar menuruti semua kemauannya, karena merasa sayang dengan cucunya.
Hal ini memang terasa remeh, tetapi kalau dibiarkan akan menjadi bumerang. Saling tidak percaya antara suami istri, bisa mengarah kepada hal-hal yang sangat fatal. Saya cuma berpesan kepadanya, untuk mencoba bermusyawarah dan tabayun kepada istrinya lebih intensif. Diterangkan kembali tugas dan kewajiban seorang suami, serta hak dan kewajiban seorang istri. Dengan begitu kita tidak mudah-mudah mengambil jalan pintas untuk lekas selesai dari permasalahan ini. Bukan kah kita sudah mengikat istri kita dengan mishaqan ghaliza, ikatan yang erat. Berjanji di bawah sumpah setia untuk hidup bersama membangun keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah, dipenuhi dengan rasa cinta kepada Allah, menjalankan sunah Rasul-Nya. Semoga kita termasuk hamba-hamba yang selalu diberikan petunjuk-Nya. amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar