Suatu hari saya mendengar ada anak-anak yang berkumpul dengan teman sebayanya disebuah pemukiman kumuh lalu mereka berkata " enak ya hari tujuh belasan, banyak perlombaan, ada lomba panjat pinang, lomba balap karung, makan kerupuk, dan lain sebagainya". Itulah kira-kira gambaran pemikiran anak-anak menyambut hari kemerdekaan, dan mungkin kita pun berpikir hal yang sama dalam menyambut hari kemerdekaan.
Lalu terdetik dalam hati ini sebuah pertanyaan apakah benar itu semua adalah sebuah ungkapan kemerdekaan yang diharapkan oleh para pahlawan perjuangan kemerdekaan negeri ini. Atau bahkan ini menjadi tujuan dari perjuangan berdarah di medan perang?. Padahal kalau kita lihat kepada anak-anak tadi, mereka merasa bergembira pada saat tujuhbelasan dengan banyaknya perlombaan, namun setelah itu mereka merasa sedih, karena nasib yang mereka rasakan, yang kadang-kadang makan sekali dalam sehari, menjadi pengemis di jalan-jalan, dan sedikit sekali dari mereka yang mendapatkan kesempatan untuk duduk dibangku sekolah, hidup didalam gubuk reot dipinggir-pinggir sungai. Sedangkan disekeliling mereka berdiri bangunan yang mewah, didalamnya diisi oleh orang-orang yang berdasi dan bermobilkan mercy, mungkin disampingnya pun duduk seorang sekertaris yang sexy.
Ada pula teman yang mengatakan "Orang Pakistan ga kreatif ya?!, masa hari kemerdekaannya ga ada kegiatan apa-apa, ga seperti di negara Indonesia, ketika merayakan hari kemerdekaan semua masyarakat bersgembira ria, dengan berbagai macam kegitan yang diadakan, baik dari tingkat RT sampai pada tingkat kenegaraan sekalipun".
Hati ini bertanya, yang benar siapa ya? Kita sebagai negara Indonesia atau Pakistan yang tidak melaksanakan kegiatan-kegiatan apapun di negerinya. Atau apakah benar cara yang kita lakukan, dan sudah menjadi tradisi setiap tahunnya untuk melakukan rutinitas seperti itu.
Rasa bahagia dalam merayakan hari kemerdekaan adalah suatu hal yang wajar dalam kehidupan anak manusia, dengan berbagaimacam kreasi dan inovasi dalam mengungkapkan rasa bahagia ini, bagaikan burung lepas dari sangkarnya bebas terbang kemana saja dia mau. Karena wajarlah ketika seseoarang bebas dari kungkungan penjajahan selama tiga setengah abad lamanya, kemudian keluar dari penjajahan yang telah mengorbankan harta, kehormatan, dan nyawa sekalipun.
Tapi yang penting adalah tidak hanya menyangkut bagaimana meraih kemenangan, tetapi juga mengenai bagaimana mengisi kemenangan, bagaimana kemenangan itu bisa bertahan lama, dan bagaimana kemenangan itu bisa memberi manfaat bagi kesejahteraan dan keadilan. Bukan hanya dijadikan sebagai tempat untuk berpesta pora, namun kenyataannya kita masih belum bisa mengisi kemerdekaan ini dengan baik. Masih banyaknya anak-anak yang buta aksara, kemiskinan, ketertinggalan, perampasan dan tekanan oleh sebagian oknum.
Sukarno dalam sebuah perdebatan sengit pernah berkata " Kita harus selalu berangkat dari fakta-fakta. Faktanya ialah bahwa neokolonialisme, dan Imperialisme ( Nekolim) membidikkan ujung pedangnnya dan laras senapannya terhadap kita". Memang kita sudah merdeka(baca ; bebas dari penjajahan) namun, jangan lupa disana ada bentuk-bentuk penjajahan baru yang mungkin kita tidak menyadari, baik penjajahan ekonomi, pendidikan, ideology dan lain sebagainya. Kaum komunis pada awal-awal dibentuk tahun 1951, partai ini dengan lantang menyatakan bahwa Revolusi 17 Agustus 1945 belum selesai atau bahkan telah gagal, alasannya bahwa kekuasaan negara dan alat-alat produksi masih dikuasai oleh kaum borjuis dan sisa-sisa feodal. Pernyataan ini bisa dibenarkan, karena kenyataanya negeri ini hanya dikuasai oleh orang-orang yang berduit saja, sedangkan yang lain dibiarkan tertinggal. Namun, cara yang dilakukan kaum Komunis untuk merebut kekuasaan secara paksa, dan juga menggunakan cara-cara yang tidak terhormat, dengan menghasut, dan menfitnah, hal inilah yang kita tidak bisa tolelir.
Maka dengan itu, mari kita sama-sama berintrofeksi diri apakah kita benar-benar merdeka? Atau kata merdeka hanya sebagai slogan tunamakna, dan kita juga harus waspada kepada neokolonisme dan imperalisme yang diwanti-wantikan Sukarno, karena tanpa disadari bahwa kita masih dalam penjajahan dalam bentuk yang baru, namun kebanyakan dari kita tidak menyadari hal ini.
Mari kita isi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang bermanfaat bagi negeri ini, tinggalkan rasa malas dalam jiwa kita, mencoba hidup mandiri, membentuk negeri yang berwibawa dan berdaulat, tidak mudah terpesona dengan tawaran yang megah namun merugikan banyak pihak, memberikan kemerdekaan yang hakiki kepada anak bangsa negeri ini. Menjadi penerus perjuangan para pahlawan yang gugur di medan perang. Wallahu a'lam bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar