Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan

Jumat, 15 Oktober 2010

Ikhlas Dalam Menuntut Ilmu


Sering  terdetik dalam diri kita perasaan bangga  kalau seandainya  pintar  dipanggil ulama,  ustadz, atau kyai, lalu banyak yang datang untuk meminta nasehat, sehingga orang lain terasa kecil. Dan ering muncul pertanyaan dalam perbincangan kita seandainya kita lulus kuliah pekerjaan apa yang akan kita dapatkan!?.., mungkin  lulus dari fakultas ekonomi lapangan pekerjaan sudah terbuka lebar, sedangkan teman-teman yang belajar di fakultas-fakultas lain, seperti syariah, ushuludin, dan lainnya kadang-kadang bertanya-tanya kira-kira pekerjaan apa  yang saya dapatkan  setelah lulus dari fakultas ini. Ini adalah penomena yang kita rasakan, seakan-akan ada prasangka buruk kepada Allah Subhanahu wa Ta,ala.
            Maka, dari penomena yang kita rasakan ini hal yang paling diharapkan dari setiap penuntut ilmu adalah memperbaiki niat, dan hendaknya untuk berusaha memerangi segala hawa nafsu dengan keikhlasan dan hanya mengharapkan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, serta janganlah kita menjadikan kemauan menuntut ilmu hanya untuk berbangga-banga menjadi ulama, atau untuk menguasai orang-orang yang bodoh, atau hanya untuk sekedar mengejar kekayaan materi saja, atau  sekedar mencari kedudukan dan nama baik,  maka banyak yang menjual hal yang sangat berharga dengan hal yang sangat hina, dan meninggalkan hal yang kekal diakhirat  dengan sesuatu yang pana.
             Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam, menerangkan bahwa ada ancaman yang keras  ditujukan kepada mereka yang  tidak punya orientasi keilmuan untuk akhirat, karena yang ada dalam benak mereka hanya kebutuhan materi belaka (material orientied) namun, bagi mereka yang berorientasi kepada akhirat dengan ilmunya dan sedikit tentang kedunian tidaklah termasuk dalam ancaman.  Hal ini diibaratkan seperti orang yang pergi haji dengan ikhlas untuk mencapai ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun berdagang sebagai sampingannya, sebagaimana  Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:”Tidaklah dosa bagi kamu untuk mencari karunia ( rezki hasil perniagaan) dari tuhanmu”( Al-Baqarah:198). Dan  ancaman ditujukan kepada mereka yang menggunakan ilmunya hanya untuk kebutuhan dunia sehingga menggunakan berbagai macam cara untuk mencapai tujuannya.  Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengecam bagi mereka yang mengejar dunia saja ”Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya”(An- Nazi’at: 37-39) dan dalam surah yang lain dikatakan: ”Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan dunia”( An-Najm: 29)
            Sesungguhnya dunia bukan hal yang tercela, karena banyak ulama-ulama dan para sahabat nabi yang terkenal adalah orang-orang yang kaya raya seperti: Allais ibnu Said, al-Imam Abu Hanifah, Abdurrahman bin Auf, Ustman bin Affan, dan  banyak para nabi yang kaya raya seperti Yusuf, dan Sulaiman. Namun dunia yang dicela adalah  karena ia dicapai dengan melupakan tujuan  akhirat, karena tidaklah kehidupan di dunia ini dicela dengan perbuatan yang baik, sebagaimana disebutkan dalam hadist:” Sebaik-baik  harta adalah  milik seorang yang baik”( HR. Ahmad). Dan bagaimana dunia dicela sedangkan dia adalah sebuah ladang untuk akhirat.
            Maka marilah kita ikhlaskan niat  untuk mencari ilmu dengan  ikhlas mencari ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan bukan hanya untuk kebutuhan dunia.  Hendaknya kita  selalu berperasangka baik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahwa dialah yang selalu memberikan jalan yang baik bagi kita. Bukan fakultas yang kita masuki, atau bukan disiplin ilmu yang kita geluti sekarang ini. Dan niat  untuk menuntut ilmu tidak cukup hanya untuk mencapai kehidupan dunia saja, tapi dia dicari hingga ke liang lahat. Sebagimana dikatakan dalam sebuah hikmah “tuntutlah ilmu dari sejak buaian hingga keliang lahat”. Ibnu Mubarak pernah ditanya: Sampaimanakah kamu menuntut ilmu , beliau menjawab sampai meninggal insyaAllah. Dan  Malik bin Anas berkata: “ tidak sepatutunya orang yang berilmu meninggalkan belajar”. Jika ikhlas menuntut ilmu hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, insyAllah kebahagiaan dunia dan akhirat akan kita gapai. Wallahu a’lam bishawab.
Selengkapnya...

Hidup Hemat Ditengah Krisis BBM


Judul di atas adalah sebuah refleksi dari keputusan Presiden tentang penghematan penggunaan bahan bakar, hal ini  merupakan langkah dari langkanya bahan bakar minyak yang terjadi di hampir seluruh kota di Indonesia, mungkin setiap hari kita lihat masyarakat berbondong-bondong antre di SPBU atau di agen- agen minyak untuk mendapatkan bahan bakar, yang merupakan bahan pokok sebagian besar masyarakat kita, baik tingkat bawah, menengah  bahkan tingkat atas sekalipun. Fenomena ini sangat mengejutkan sebagian masyarakat, negri yang merupakan salah satu  anggota OKI,  dan kononnya baru-baru ini ditemukan ladang-ladang minyak baru. Timbul pertanyaan yang sedikit agak sinis, kemanakah larinya hasil minyak kita? Apakah benar kita menggunakannya dengan boros ataukah ada penimbunan yang dilakukan oleh sebagian pejabat atau masyarakat, ataukah ada penyelundupan.
 Adalah fitrah manusia untuk hidup mewah dan boros jika dikaruniai banyak harta, ataupun kikir terhadap harta itu untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkan, namun diantara kedua hal ini manakah yang lebih dominan? Tergantung pada diri kita masing-masing, Jika kita gunakan akal sehat hendaknya kita mengambil jalan tengah ya’ni dengan  berhemat ditengah kemewahan rahmat Ilahi yang melimpah ruah dibumi persada Indonesia. Dan juga tidak kikir untuk menggunakannya, dengan memberikan hak setiap individu masyarakat untuk menerimanya, dan digunakan dalam jalan kebaikan.
Allah berfirman dalam al-Qur’an: Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir, dan adalah pembelanjaan itu di tengah-tengah antara yang demikian (al-furqon:67)
Ayat diatas menunjukan kepada kita bagaimana seharusnya kita menggunakan harta kita dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dilarangnya untuk melakukan pemborosan dalam pembelanjaan dan penggunaan harta yang kita miliki, begitu pula dengan kekikiran,  sepatutnyalah kita untuk berhemat dalam kehidupan ini, baik dalam krisis yang menimpa kita sekarang ini ataupun diluar krisis, karena banyak hal yang menggambarkan kemewahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang tidak sesuai dengan keadaan yang ada, banyak tayangan-tayangan sinetron di televisi yang menggambarkan keglamoran dan kemewahan, belum lagi tuntutan sebagian wakil rakyat untuk kenaikan gaji ditengah-tengah banyak masyarakat indonesia yang merasakan pederitaan kemiskinan, busung lapar, demam berdarah, buta huruf. Sepatutnyalah kita mengedepankan hidup hemat dan mengulurkan tangan kita kepada mereka yang membutuhkannya, ingat sifat bermegah-megahan dan juga pemborosan adalah membuat lalai, dan kita selalui dihantui oleh sifat ini kapan dan dimanapun kita berada. Allah SWT berfirman:Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk kedalam kubur( At- Takaatsur 1-2)
Dan perlu diingat pula harta adalah titipan Allah yang setiap saat bisa diambilnya, dia adalah amanat yang harus  dijaga, dengan  menggunakannya dijalan kebaikan, dan dalam hal-hal yang bermanfaat bagi kita semua, pada khususnya dalam membangun Negara kita ini yang telah lama ditimpa multi krisis,  ekonomi, kepercayaan, kepemimpinan, akhlak. Hendaklah kita bersyukur memiliki negri yang sangat makmur dan subur, dengan harapan berkah atas nikmat yang diberikan kepada kita semua dan bisa keluar dari krisis yang berkepanjangan ini. Sebagaimana Rasulullah SAW, bersabda: Wahai Hakim sesungguhnya harta ini adalah sesuatu yang sangat nikmat, barang  siapa yang menerimanya dengan suka hati maka diberkahilah dia, dan barang siapa yang menerimanya dengan berlebih-lebihan  maka tidak diberkahilah dia dari harta itu, dan dia diibaratkan seperti orang yang makan namun tidak pernah kenyang dan tangan yang memberi lebih mulia dari tangan yang menerima (HR Bukhori -Muslim)
Selengkapnya...

Gosip


                   Tayangan infotainment yang berbau gosip tumbuh subur seperti jamur di musim hujan. objeknya kebanyakan publik figure. Jangankan presiden, atau para selebritis, para nabi pun pernah terkena gosip atau ghibah, sebagaimana nabi Muhammad saw, dan keluarganya diuji  dengan haditsul ifki (berita bohong), bahkan Aisyah mengatakan bahwa Rasulullah berkhutbah mengenai gosip miring yang menimpa keluarganya:”Wahai manusia, mengapa orang-orang menyakitiku dengan mengatakan hal-hal yang tidak benar mengenai keluargaku. Demi Allah, aku tidak mengetahui dari mereka (keluargaku) kecuali kebaikan. Mereka juga mengatakan kepada seorang laki-laki yang demi Allah, aku tidak mengetahui darinya kecuali kebaikan, dan ia tidak pernah memasuki salah satu rumah dari rumah-rumahku kecuali bersama denganku. Begitu pula nabi Yusuf a.s, juga digosipkan selingkuh dengan majikannya Siti Dzulaika.
                 Gosip atau ghibah  berasal dari bahasa inggris dari kata gossip artinya gunjing, kabar angin, buah mulut. Jadi bentuk kata kerjanya “Ngegosip” yang berarti menggunjing, atau menyebarkan kabar angin. Yakni suatu aktivitas menyebarkan atau menceritakan sesuatu yang ada pada diri seseorang (biasanya sesuatu yang jelek/rahasia) kepada orang lain, ketika seseorang tadi itu tidak ada dalam forum yang sama
                Sebagaimana sabda Rasulullah saw:”Tahukah kalian apakah ghibah itu? Mereka menjawab Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.” Nabi saw menjawab;” kamu menyebut saudaramu dengan hal yang tidak disukainya. “ditanyakan, “ bagaimana jika apa yang aku katakan itu ada pada saudraku itu? “ Nabi saw menjawab:” jika apa yang kamu katakan itu ada pada dirinya maka sungguh kamu telah menggunjingnya, dan jika tidak ada pada dirinya maka sungguh kamu telah menyebutkan hal yang dusta tentang dirinya”. Karena sangat tercelanya ghibah maka Allah menerangkan dalam al-Qur’an: “ Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya sendiri yang sudah mati? (al-Hujarat :12). Sekarang gosip sudah menjadi santapan setiap hari dari sejak kita membuka mata  di pagi hari  hingga malam tiba kita sudah disuguhkan dengan gosip, dan sudah menjadi infotainment yang menarik, seakan-akan kita tidak menyadari telah melihat dan mempertontonkan aib saudara kita.dalam hal ini kita dianjurkan untuk mengingati teman kita yang khilaf bukan malah ikut nimbrung dan membuat masalah semakin panas.
Anas r.a, berkata Rasulullah saw bersabda:” pada malam ketika aku melakukan perjalanan malam (isra) aku melewati suatu kaum yang mencakar wajah mereka dengan kuku-kuku mereka sendiri, aku bertanya ya... Jibril, siapakah mereka itu? Jibril menjawab,” mereka adalah orang-orang yang menggunjing dan mencela kehormatan orang lain.
Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang berbuat gosip atau ghibah yang pertama, karena untuk melampiaskan kemarahan, bila ada orang yang menyebabkan kemarahannya maka ia melampiaskan dengan menyebut berbagai keburukan orang tersebut, kedua, berbasa basi kepada teman, dan mendukung pembicaraan mereka. Ketiga, ingin mendahului menjelek-jelekan keadaan orang yang dikhawtirkan memandang jelek ihwalnya di sisi orang yang disegani, kelima, ingin membanggakan diri, keenam, karena adanya rasa dengki, ketujuh, bermain-main senda gurau dan mengisi waktu kosong sehingga tidak terasa melakukan ghibah dan yang kedelapan, melecehkan dan merendahkan orang lain untuk menghinakannya.
Ibnu Abbas berkata:” apabila kamu hendak menyebut aib saudaramu maka ingatlah aib dirimu sendiri.” janganlah kita mengambil keuntungan dengan cara-cara yang batil, dengan menjual aib saudara kita demi mendapatkan keuntungan pribadi. Nabi bersabda ” setiap muslim bagi muslim yang lain haram darahnya, harta dan kehormatannya. ( HR, Muslim).




Selengkapnya...

Kebudayaan Iman dan Tauhid


Sesungguhnya kelebihan  yang  yang dimiliki  Islam  adalah karena  dasar pertamanya berdiri di atas keimanan dan ketauhidan, yang berarti dia muncul dari dasar aqidah  yang bersandarkan pada jalan Allah, yaitu merupakan sebuah wahyu yang turun dari langit. Dengan inilah kebudayaan Islam dianggap sebagai salah satu dasar dari ilmu pengetahuan, serta memilki kelebihan dari berbagai macam bentuk pengetahuan yang lain, berdasarkan pada dasar ini  tersebarlah kebudayaan Islam dengan berbagai macam bentuknya dan merupakan sebuah gambaran dan juga sebuah identitas dari sebuah pertemuan  antara langit  dan bumi. Walaupun di sana masih memiliki banyak kekurangan ataupun penyimpangan baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja  ataupun yang  jauh dari jalannya yang asli sebagai sebuah gambaran dan perwujudan  dari sebuah kebudayaan yang beradasarkan pada wahyu Ilahi.
 Dari sanalah diharuskan untuk bekerja  dalam suatu kerangka yang diatur dan   dibatasi oleh aqidah,  dan bukan yang keluar dari  aturan ini.  Keharusan ini dianggap sebagai suatu  pijakan akhlak dalam suatu aktifitas kebudayaan dan juga dalam suatu kerangka interaksi  dengan nilai–nilainya, dia juga digambarkan  sebagai pelaksanaan dari nilai–nilai ini untuk mencapai tujuan keimanan yang tinggi bagi manusia, bukan menjadikan suatu tujuan yang terbatas  pada kebudayaan Islam itu sendiri.
             Kebudayaan yang berdasar pada iman ini mencakup pada semua segi kehidupan  sebagaimana kegiatan keislaman itu beredar pada tauhid, serta membatasi setiap kegiatan  individu dalam kehidupan kaum muslimin baik dalam keilmuan ataupun prilaku  kebersamaan itu mencerminkan sebuah kegiatan kebersamaan yang didasari oleh hati yang selalu memberi, meminta dan mendapatkan.
 Dengan tauhid yang bersumber pada bukti bahwa tiada tuhan selain Allah, merupakan pusat dan tujuan mulai dari awal zaman dan akan berlanjut pada zaman berikutnya dan juga sebagai tempat  kreatifitas kebudayaan sehingga  terbentuk  suatu kegiatan yang berdasarkan keyakinan pada  Allah yang Maha Esa. Bahkan dipengaruhi  dengan kalimat Allah  yang mana kaum muslim menjadikannya sebagai suatu petunjuk bekerja dan berbuat serta berkiblat kepadanya dalam setiap kreatifitas dan kegiatan.
             Semoga ciri khusus yang membedakan antara  kebudayaan Islam dengan kebudayaan lainnya, baik dari segi Agama ataupun  pembentukannya. Sesunggguhnya kita disini kembali pada ambang  akar ataupun dasar kebenaran yang besar dan pada derajat kemajuan yang sangat tinggi. Pada hakikatnya kebudayaan Islam mampu memberikan kepada manusia jalan untuk mengembalikan dirinya sebagai  khalifah Allah semata di muka bumi ini, serta membangun dan mengembangkan segala isi dunia ini hanya untukNya, baik dalam bidang sejarah, geography, sosial, antropology, kedokteran,   arsitektur, yang semuanya digambarkan sebagai suatu ketauhidan pada dirinya, serta  dalam bidang kimia, dirgantara dan juga dalam kesastraan yang jelas didasari pada tauhid, sebagai mana  yang tersebut di atas tidak nampak pada kebudayaan yang lain.
Tauhid telah memberikan bukti kepada kreatifitas kebudayaan kita, melalui sejarah serta ditegaskan melalui contoh para tokoh-tokoh yang terkenal, dan dijelaskan bagian-bagian serta perbedaannya  dalam sebuah rangkaian yang mengarah pada suatu tujuan dan berdasar pada satu sumber, hal ini bisa diibaratkan dengan hasil tenunan yang bersumber  hanya dari tangan seorang penenun. Dan tujuan dijadikannya ketauhidan pada diri kaum muslimin adalah agar mereka bertanggung jawab atas kekuasaan Allah yang dititipkan kepada kaum muslimins serta berusaha untuk mengembangkannya pada tingkat yang lebih sempurna dan sesuai dengan tujuan yang dikehendaki Allah.Tauhid merupakan sebagai pendorong untuk menambah pemberian serta sebagai sebuah usaha untuk menyatukan pemberian ini .
             Dengan ketauhidan ini berkembanglah alam yang merupakan  ciri dari ciptaan Allah SWT, dan  membersihkan kehidupan kaum muslim dari berbagai macam khurafat dan juga berhala yang mana hal ini masih menjadi pegangan para pemeluk ajaran  selain ajaran Allah. Dan ketauhidan memberikan kebebasan kepada kaum muslimin untuk mencari suatu hal yang terpendam ataupun tersembunyi, serta menjadikan penemuan hal yang baru dan yang tersembunyi ini sebagai suatu perbuatan  yang mulia atas ciptaanNya.      Dari sanalah ketauhidan menjadi pendorong untuk menemukan sebuah pengetahuan yang baru dan  menjadikannya sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bahkan ketauhidan  selalu menjadi sebuah benteng yang menjaga sebuah  interaksi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang lainnya. Oleh sebab itu  janganlah kita mengambil dari kebudayaan mereka  kecuali apa yang terkandung dalam ketauhidan  dan juga jangan kita meneruskan suatu hubungan dengan kebudayaaan lain kecuali memiliki hubungan dengan kebadayaan Islam. Dan pada hal ini juga ketauhidan memberikan peluang kepada kebudayaan Islam untuk mempertegas identitas diri dari kebudayaan yang lain.
            Singkat kata sesungguhnya kebudayaan Islam adalah sesuatu yang mengikat antara satu bagian dengan bagian yang lainnya, dan dialah yang telah membentuk dan membersihkannya dari setiap hal yang mengotori dan menodainya. Dan ketauhidan adalah sebuah bukti keimanan  bahwasanya tiada Tuhan selain Allah, serta merupakan sebuah bukti yang  memiliki arti yang sangat mendalam. Kebudayaan Islam dan tujuannya biasa diungkapkan dengan suatu kata sebagai hal kecil namun memiliki peranan yang sangat besar  serta meberikan banyak  petunjuk. Sesungguhnya dalam kata tiada Tuhan selain Allah adalah sebuah tanda ketauhidan yang sangat mendalam  apalagi yang berkaitan dengan kebudayaan Islam.
Selengkapnya...

Pulang Bawa Kolor


Assalamu‘alaikum warahmatullah……Assalamu‘alaikum warahmatullah, .baru saja kami menyelesaikan shalat Maghrib berjama’ah. Tiba-tiba saja seorang teman langsung melemparkan pertanyaan yang menakjubkan. Bagaimana kalau seandainya istri kita memiliki uang, apakah kita boleh menggunakan uangnya?. Serentak saya terkejut dengan pertanyaan itu, dan  mencoba untuk menjawabnya, dengan  mengutip firman Allah : “ Bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, dengan apa yang dia infakkan dari hartanya”. Jadi kita sebagai  laki-laki berkewajiban memberikan nafkah kepada istri dan anak-anak kita, kata saya. Berarti ga’ adil donk......celetuk teman saya. Apanya yang tidak adil? Tanya saya. Mari kita mengkaji ulang  ayat yang menerangkan warisan, jatah laki-laki dua kali lipat dari jatah seorang perempuan, apakah ini tidak adil juga bagi kaum perempuan? Tanya saya kembali. Hal itu disebabkan karena kaum laki-laki memiliki tanggung jawab yang lebih dari kaum wanita. Oleh sebab itu kaum laki-laki berkewajiban mencari nafkah dan dan diinfakkan kepada istri dan anak-anaknya, sedangkan kaum wanita, mereka tidak memiliki kewajiban ini semua. Dalam keadaan yang khusus  seorang istri diperbolehkan mencuri  harta suaminya, jika dia tidak memberinya nafkah, tetapi sebesar haknya saja.
Perbincangan pun menjadi panjang. Teman yang lain juga ikut nimbrung dalam obrolan santai ini. Sambil bercerita tentang pengalaman masing-masing dalam memenej keluarga dan keuangan. Tentunya menejemen keuangan setiap keluarga berbeda-beda, tergantung kebijakan kita masing-masing. Ada yang menyerahkan penuh semua penghasilan bulanan kepada istri, ada juga yang memberikan uang belanja harian kepada istri. Ini semua sah-sah saja, yang penting sesuai kesepakatan bersama, dan tidak saling menzalimi. Dia mengatakan bahwa uang gajinya tiap bulan tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, bahkan tidak bisa menabung sama sekali.
Saya memberikan satu juta tiga ratus setiap bulan nya, dan sisanya untuk operasional saya di Bogor, katanya lagi. Namun, istri ingin membangun sebuah kios di tanah  pemberian orang tuanya. Biaya untuk membangun kios dari saya, lanjutnya, yang memberatkan hatinya adalah.  Ketika istrinya mengatakan bahwa hasil dari sewa kios ini, nanti neng kumpulkan dan akan  ganti uang  aa. Namun, kios ini  nantinya atas nama neng. Ceritanya. Sebagai seorang laki-laki dia merasa tidak dihargai dan dilecehkan bahkan diberlakukan tidak adil. Kalau semua pengahasilan dikasihkan ke istri setiap bulannya, tabungan masa depan tidak ada, kios yang dibangun dengan modal bersama akan dimiliki penuh oleh istri, lalu saya dapat apa, eluhnya. Maka muncullah  rasa was-was, ragu, curiga pada  teman ini. Jangan-jangan kalau terjadi hal yang tidak diinginkan, yaitu suatu yang halal tetapi Allah tidak suka (cerai maksudnya), bisa-bisa pulang bawa kolor aja nih.....celetuknya, (lebay). Muncullah rencana untuk mengurangi jatah bulanan, yang biasanya satu juta tiga ratus, menjadi tujuh ratus, dengan dalih sudah ada pemasukan harian dari hasil sewa kios. Namun, ketika rencana ini disampaikan ke istrinya, malah disambut dengan ancaman, “lebih baik aa tidak kasih sekalian kalau seandainya dikurangi, seru istrinya. Ini merupakan ancaman bagi seorang suami. Maka, dikonsultasikanlah permasalahan ini kepada keluaraga. Keluarganya menyarankan agar menuruti semua kemauannya, karena merasa sayang dengan cucunya.
Hal ini memang terasa remeh, tetapi kalau dibiarkan akan menjadi bumerang. Saling tidak percaya antara suami istri, bisa mengarah kepada hal-hal yang sangat fatal. Saya cuma berpesan kepadanya, untuk mencoba bermusyawarah dan tabayun kepada istrinya lebih intensif. Diterangkan kembali tugas dan kewajiban seorang suami, serta hak dan kewajiban seorang istri. Dengan begitu kita tidak mudah-mudah mengambil jalan pintas untuk lekas selesai dari permasalahan ini. Bukan kah kita sudah mengikat istri kita dengan mishaqan ghaliza,  ikatan yang erat. Berjanji di bawah sumpah setia untuk hidup bersama membangun keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah, dipenuhi dengan rasa cinta kepada Allah, menjalankan sunah Rasul-Nya. Semoga kita termasuk hamba-hamba yang selalu diberikan petunjuk-Nya. amin
Selengkapnya...

Sahabat Sejati


Umar bin Al-Khathab ra, pernah berkata " Hendaklah engkau mencari rekan-rekan yang jujur, niscaya engkau akan hidup aman dalam lindungannya. Mereka merupakan hiasan pada saat gembira dan hiburan pada saat berduka. Letakkan urusan saudaramu pada tempat yang paling baik hingga dia datang kepadamu untuk mengambil apa yang dititipkan kepadamu. Hindarilah musuhmu dan waspadailah temanmu, kecuali orang yang bisa dipercaya. Tidak ada orang yang bisa dipercaya kecuali orang yang takut kepada Allah. Janganlah engkau berteman dengan orang yang keji karena engkau bisa belajar dari kefasikannya dan jangan engkau bocorkan rahasiamu kepadanya, dan mintalah pendapat dalam menghadapi masalahmu kepada orang-orang yang takut kepada Allah".
            Bergaul adalah sangat penting, namun dalam bergaulpun kita harus berhati-hati, jangan sampai kita salah dalam bergaul atau salah dalam memilih teman. Karena kalau seandainya kita salah dalam memilih teman dia akan membahayakan kita. Ada yang bilang bergaul dengan tukang sate, walaupun tidak dapat satenya tapi asapnya pasti dapat, bergaul dengan tukang minyak wangi, pasti dapat wanginya. Oleh sebab itu dalam bergaul kita harus memilih teman yang bisa memberikan manfaat  bagi kita, tetapi bukan hanya yang berbentuk materi, karena kalau seadainya kita bergaul atau bersahabat hanya sebatas pada harta saja dia tidak akan kekal. Jika harta itu banyak maka akan akrab juga persahabatan kita, namun jika harta itu habis, hilang pula rasa persahabatan itu. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah bait kata-kata hikmah " Jika bertambah hartaku semua orang menjadi sahabatku, dan jika hartaku berkurang semua orang menjauhiku".
            Sebagaimana nasehat Umar bin Khathab kepada kita dalam hal bergaul atau bersahabat, hendaknya kita memilih teman yang jujur, karena kalau teman kita jujur dia akan membantu kita, dan dapat memberikan kenyamanan kepada kita, membuat kita bahagia disaat kita mendapatkan masalah, dan menjadi hiasan disaat kita sedang berbahagia, karena sahabat yang sejati adalah yang membuat kita menangis dengan nasehat-nasehatnya, bukan yang mentertawakan disaat musibah menerpa kita. Banyak kita dapati dalam pergaulan  bersama teman-teman kita, dia senang sekali disaat kita senang dan membawanya kesuatu tempat yang menguntungkan seperti rumah makan dll, namun di saat kita sedang mendapatkan permasalahan dalam studi, dia malah bersikap acuh tak acuh, bahkan mentertawakan, bukan malah membimbing dan memberikan jalan keluar.
            Teman yang jujur, adil dan yang takut kepada Allah, akan selalu membimbing kita kejalan yang benar, dia tidak sekali-kali menjerumuskan kita kedalam kemaksiatan, dia akan menjaga kita dan memperingati kita disaat kita lengah, disaat kita sedang khilaf. Dia selalu menjaga segala rahasia kita kepada orang lain. Namun, teman yang jahat dia akan selalu membeberkan setiap rahasia kita, dan bahkan cenderung untuk menambah-nambahinya dengan bumbu-bumbu yang berbau fitnah.
            Sekarang marilah kita renungi masing-masing, apakah pergaulan kita sudah benar selama ini? Atau baikkah teman yang kita dekati itu? Atau kita berteman hanya untuk menggembirakan kita saja, yang penting kita kumpul bersama-sama, makan bersama-sama, bermain bersama-sama, menghabiskan waktu malam bersama-sama, tertawa terbahak-bahak bersama-sama, belanja ke pasar malam bersama-sama. Kalaulah ini yang kita anggap sebagai persahabatan yang sejati, tidak melihat  positif dan negatifnya pergaulan itu. Maka kita harus cepat-cepat introsfeksi diri kita masing-masing untuk lebih mendalam mengartikan sebuah persahabatan.
            Ada beberapa sifat yang harus kita perhatikan dalam memilih teman akrab yang pertama adalah hendaknya teman yang kita pilih adalah orang yang berakal atau orang yang pandai, karena akal dan kepandaian adalah modal utama. Dan tidak ada kebaikan bergaul dengan orang yang bodoh karena bisa saja dia hendak memberikan manfaat kepada kita tapi malah kemudharatan yang kita dapati. Yang dimaksud dengan berakal adalah yang mengetahui permasalahan sesuai dengan proporsinya. Dan manfaat pun dapat diambil dari pemahaman yang diberikannya. Yang kedua adalah teman yang berakhlak mulia. Ini merupakan suatu keharusan karena berapa banyak orang yang berakal yang dirinya lebih banyak dikuasai amarah dan nafsunya, lalu dia tunduk kepada nafsunya, maka tidak ada manfaat bergaul dengannya. Yang ketiga hendaknya teman kita  tidaklah termasuk orang yang fasik, karena orang yang fasik tidaklah pernah takut kepada Allah. Dan orang-orang yang fasik tidaklah bisa dipercaya dan sewaktu-waktu kita bisa terpedaya dengan tipu dayannya. Keempat adalah hendaknya teman yang kita pilih bukanlah seorang yang ahli bid'ah yang membawa kita kepada hal-hal yang khurafat dan menyebabkan kita menduakan Allah. Dan yang terakhir hendaknya teman yang kita pilih tidak rakus terhadap dunia. Karena kalau kita bergaul kepada teman yang rakus kepada dunia, akan membut kita lengah akan kehidupan akhirat, dan akhirnya kita disibukkan dengan harta benda yang bersifat sementara, dan melalaikan  dari kewajiban-kewajiban  kepada Allah.
            Inilah lima sifat dalam mencari sahabat karib yang bisa membantu kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini, dan juga dapat mengantarkan kita kepada kehidupan akhirat yang baik sesuai yang disyariatkan Allah. Karena  persahabatan atau pergaulan merupakan sebuah wasilah untuk kehidupan yang lebih kekal di hari akhir nanti . Wallahu a'lam bishawab
           
Selengkapnya...