Kamis, 14 Oktober 2010

Bersemangat, jangan Malas dan juga Lengah



اجهد ولا تكسل ولا تك غافلا

Ada banyak pengalaman yang sangat berkesan dan berharga yang saya dapatkan ketika nyantri dahulu, salah satunya berasal dari seorang sahabat yang sangat pemalu. Suatu ketika ada kegiatan muhadhroh (latihan berpidato) untuk para santri. Setiap santri diminta untuk berpidato dan menjadi MC dengan tiga bahasa secara bergiliran. Tentunya ini merupakan pengalaman baru bagi kami untuk berbicara di hadapan teman-teman dan juga kakak-kakak  pengawas. Antara takut, grogi dan juga deg-degan bercampur aduk jadi satu, hingga membuat kami sakit perut. Tidak semunya mampu untuk melakukannya dengan baik. Ada beberapa teman yang mampu tampil dan berbicara dengan lancar di depan podium, namun ada pula teman yang berubah menjadi gagap seketika, seolah-olah gagapnya adalah bawaan semenjak lahir.
Maka kemudian ketika tiba giliran teman saya yang sangat pemalu untuk maju ke depan podium, dia diam sejuta bahasa, gugup dan tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya diam saja, sampai-sampai saya bisa mendengar angin yang tengah berdesir. Akan tetapi tidak ada alasan untuk mengatakan ’tidak bisa’ di pondok kami. Tidaklah menjadi sebuah kehinaan ataupun aib bagi seseorang yang belum mampu melakukan sesuatu. Namun menjadi aib bagi seseorang yang tidak mau berusaha untuk melakukan perubahan dari ’tidak bisa’ menjadi ’bisa’.
Akhirnya sahabat saya tersebut diminta untuk keluar ruangan oleh salah seorang guru kami. Kebetulan di samping ruang latihan muhadhoroh ada sungai yang di tepiannya banyak tumbuh pohon-pohon bambu. Sahabat saya ini diminta untuk berteriak sekeras mungkin dan berulang kali kearah sungai. Ia juga kemudian diminta untuk berbicara sendirian di tepi sungai, sembari ditemani bambu-bambu yang borgoyang. Maka setelah menjalani proses yang cukup panjang, diseertai dengan kemauan dan juga usaha yang keras, akhirnya ia mampu berpidato di hadapan teman-teman. Kemampuannya pun melampaui teman-teman lain yang tidak mengalami banyak kesulitan ketika tampil di depan podium. Bahkan tidak hanya mampu berbicara di depan publik, sekarang ia menjadi seorang motivator untuk para calon dai’.
Sebuah transformasi dari ’tidak bisa’ menjadi ’bisa’ bukanlah hal yang mudah. Namun itu bukan berarti ’tidak mungkin’. Hanya saja membutuhkan kemauan dan kerja yang keras. Oleh karenanya agar para santri selalu bersemangat dan tidak cepat putus asa, para guru di pondok seringkali mendengung-dengungkan sebuah pepatah arab sebagai obat penambah semangat,Ijhad walaa taksal, walaa taku goofilan, fanadaamatu uqbaa liman yatakaasal.” “Bersemangatlah, dan jangan bermalas-malasan, dan jangan pula lengah, karena penyesalan merupakan akibat dari kemalasan!”.
Petuah ini sangat bermakna bagi para santri terlebih saya sebagai obat penjaga semangat, sebab terkadang ada saja perasaan ragu dan  tidak yakin pada diri sendiri untuk melakukan suatu hal. Tapi mendengar dan mengingat pepatah tersebut kami jadi yakin dan sadar, pada dasarnya ketidakmampuan lahir karena kelengahan dan kemalasan. Maka raihalh cita-cita dengan kerja keras dan semangat yang tinggi, niscaya kita bisa terbang menggapai cita-cita kita.Semoga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar