“Mengetahui sedikit tentang banyak hal, lebih kusukai daripada mengetahui banyak tentang sedikit hal”. Ini adalah ungkapan salah seorang teman saya yang suka menerjemahkan buku-buku. Menurutnya, dengan menerjemahkan buku, ia mampu mengetahui tentang banyak hal meskipun hanya sedikit-sedikit. Lain halnya dengan teman saya yang lain yang gemar menulis buku. Menurutnya, mengetahui sedikit hal namun menyeluruh adalah lebih baik.
Keduanya tidak ada yang lebih baik. Sebab idealnya adalah mengetahui banyak tentang banyak hal. Syamil atau menyeluruh. Hanya pertanyaannya adalah, apakah bisa kita mendapatkan ini semua? Ketika kuliah dulu, saya pernah bertanya kepada seorang dosen di akhir semester sebelum ujian akhir dimulai. Beliau adalah guru besar bidang syariah dan hukum, kebetulan beliau juga mantan menteri agama dan juga menjabat rektor di Universitas tersebut. Pada saat itu materi yang diajarkan adalah hukum tatanegara yang tebal bukunya mencapai sekitar 1000 halaman, beliau baru mengajarkan beberapa bab saja sebelum akhirnya tiba masa ujian. Maka di akhir masuk kelas saya bertanya kepada beliau, “Yaa Ustadz, materi ujian yang akan diujikan sampai halaman berapa?” Dengan cepat beliau langsung menjawab pertanyaan saya tadi, ” ibda’ min baa il basmalah ilaa taa ittaammah”. Mulailah dari membaca bismillahirrahmanirrahim hingga tammat.
Yang dimaksud oleh dosen tadi adalah bahwa kita harus membaca semua materi yang ada dalam buku itu tanpa ada tebang pilih dalam mempelajari. Meskipun belum sempat diajarkan olehnya. Tujuannya adalah agar kita menjadi orang yang menguasai dan mengetahui semua permasalahan, bukan hanya satu atau beberapa masalah saja. Seperti ayat alqur’an yang pertama kali turun adalah kalimat “iqra” atau bacalah. Kalimat perintah ini tidak ditunjukkan kepada satu objek tertentu, “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakanmu” apapun itu. Perintah untuk membaca tersebut tidak merujuk pada bacaan terhadap suatu hal khusus. Hal ini menunjukkan dan mengisyaratkan kepada kita untuk mempelajari dan menguasai berbagai macam permasalahan dengan sungguh-sungguh dan tanpa tebang pilih.
Bahkan untuk menjadi orang yang berfikiran bebas kita harus berwawasan luas terlebih dahulu sebagai landasan berfikir, agar kita tidak keliru dalam menafsirkan suatu hal. Tentunya untuk mencapai itu semua membutuhkan proses walaupun kita lakukan itu sedikit demi sedikit tapi kontinyu, sebagaimana sabda rasulullah saw : “ pekerjaan yang paling disukai Allah adalah yang kontinyu walaupun hanya sedikit”. Sehingga proses penguasaan dari baa hingga taa, alias dari awal hingga akhir dapat kita penuhi. Dan kita mampu menjadi orang yang syamil dalam memahami berbagai masalah.
Ingatlah jangan pernah merasa puas dengan apa yang telah kita capai. Karena diatas langit masih ada langit, dan diatas orang pandai ada yang lebih pandai! even the best can be improved!
Muhammad Sholeh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar