Jumat, 15 Oktober 2010

Ikhlas Dalam Menuntut Ilmu


Sering  terdetik dalam diri kita perasaan bangga  kalau seandainya  pintar  dipanggil ulama,  ustadz, atau kyai, lalu banyak yang datang untuk meminta nasehat, sehingga orang lain terasa kecil. Dan ering muncul pertanyaan dalam perbincangan kita seandainya kita lulus kuliah pekerjaan apa yang akan kita dapatkan!?.., mungkin  lulus dari fakultas ekonomi lapangan pekerjaan sudah terbuka lebar, sedangkan teman-teman yang belajar di fakultas-fakultas lain, seperti syariah, ushuludin, dan lainnya kadang-kadang bertanya-tanya kira-kira pekerjaan apa  yang saya dapatkan  setelah lulus dari fakultas ini. Ini adalah penomena yang kita rasakan, seakan-akan ada prasangka buruk kepada Allah Subhanahu wa Ta,ala.
            Maka, dari penomena yang kita rasakan ini hal yang paling diharapkan dari setiap penuntut ilmu adalah memperbaiki niat, dan hendaknya untuk berusaha memerangi segala hawa nafsu dengan keikhlasan dan hanya mengharapkan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, serta janganlah kita menjadikan kemauan menuntut ilmu hanya untuk berbangga-banga menjadi ulama, atau untuk menguasai orang-orang yang bodoh, atau hanya untuk sekedar mengejar kekayaan materi saja, atau  sekedar mencari kedudukan dan nama baik,  maka banyak yang menjual hal yang sangat berharga dengan hal yang sangat hina, dan meninggalkan hal yang kekal diakhirat  dengan sesuatu yang pana.
             Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam, menerangkan bahwa ada ancaman yang keras  ditujukan kepada mereka yang  tidak punya orientasi keilmuan untuk akhirat, karena yang ada dalam benak mereka hanya kebutuhan materi belaka (material orientied) namun, bagi mereka yang berorientasi kepada akhirat dengan ilmunya dan sedikit tentang kedunian tidaklah termasuk dalam ancaman.  Hal ini diibaratkan seperti orang yang pergi haji dengan ikhlas untuk mencapai ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun berdagang sebagai sampingannya, sebagaimana  Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:”Tidaklah dosa bagi kamu untuk mencari karunia ( rezki hasil perniagaan) dari tuhanmu”( Al-Baqarah:198). Dan  ancaman ditujukan kepada mereka yang menggunakan ilmunya hanya untuk kebutuhan dunia sehingga menggunakan berbagai macam cara untuk mencapai tujuannya.  Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengecam bagi mereka yang mengejar dunia saja ”Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya”(An- Nazi’at: 37-39) dan dalam surah yang lain dikatakan: ”Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan dunia”( An-Najm: 29)
            Sesungguhnya dunia bukan hal yang tercela, karena banyak ulama-ulama dan para sahabat nabi yang terkenal adalah orang-orang yang kaya raya seperti: Allais ibnu Said, al-Imam Abu Hanifah, Abdurrahman bin Auf, Ustman bin Affan, dan  banyak para nabi yang kaya raya seperti Yusuf, dan Sulaiman. Namun dunia yang dicela adalah  karena ia dicapai dengan melupakan tujuan  akhirat, karena tidaklah kehidupan di dunia ini dicela dengan perbuatan yang baik, sebagaimana disebutkan dalam hadist:” Sebaik-baik  harta adalah  milik seorang yang baik”( HR. Ahmad). Dan bagaimana dunia dicela sedangkan dia adalah sebuah ladang untuk akhirat.
            Maka marilah kita ikhlaskan niat  untuk mencari ilmu dengan  ikhlas mencari ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan bukan hanya untuk kebutuhan dunia.  Hendaknya kita  selalu berperasangka baik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahwa dialah yang selalu memberikan jalan yang baik bagi kita. Bukan fakultas yang kita masuki, atau bukan disiplin ilmu yang kita geluti sekarang ini. Dan niat  untuk menuntut ilmu tidak cukup hanya untuk mencapai kehidupan dunia saja, tapi dia dicari hingga ke liang lahat. Sebagimana dikatakan dalam sebuah hikmah “tuntutlah ilmu dari sejak buaian hingga keliang lahat”. Ibnu Mubarak pernah ditanya: Sampaimanakah kamu menuntut ilmu , beliau menjawab sampai meninggal insyaAllah. Dan  Malik bin Anas berkata: “ tidak sepatutunya orang yang berilmu meninggalkan belajar”. Jika ikhlas menuntut ilmu hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, insyAllah kebahagiaan dunia dan akhirat akan kita gapai. Wallahu a’lam bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar